Blog

Get informed about our latest news and events

PERAN PENT1NG HPP DALAM USAHA TANI KAKAO

PERAN PENT1NG HPP DALAM USAHA TANI KAKAO

Sri Mulato [cctcid.com]

PENDAHULUAN

Harga kakao melambung tinggi. Sampai akhir kuartal-I 2025, harga biji kakao diduga masih bisa terkerek sampai Rp 200.000 per kg. Menjadi fenomenal, ketika petani bisa memanfaatkan momentum ini untuk mengelola kebun kakaonya lebih terukur. Petani kakao dikategorikan sebagai pelaku usaha skala mikro terdepan. Petani memiliki dan mengelola sumber daya produktif dalam bentuk lahan, SDM, tanaman, peralatan dan produk pascapanen. Dibutuhkan manajemen usaha tani yang berorientasi pada keuntungan [profit oriented]. Kemampuan kalkulasi bisnis sederhana perlu dipahami, dikuasai dan dipraktekkan oleh petani. Dimulai dalam bentuk akutansi. Sebuah aktivitas rutin tentang pencatatan keuangan terkait harga pokok produksi [HPP]. Sebuah acuan untuk menetapkan harga jual biji kakao yang berdaya saing dan menguntungkan. Saat ini sebagian besar petani belum pernah membuatnya meskipun secara sederhana. Dampaknya, petani tidak memiliki kepastian apakah usaha taninya itu termasuk untung atau buntung.

PEMBUKUAN

Pembukuan adalah proses pencatatan secara teratur dan reguler tentang aliran keuangan di setiap lini produksi, mulai dari kebun sampai pascapanen. Selain untuk efisiensi pengelolaan usaha budidaya kakao, pembukuan menjadi acuan saat petani ingin mengajukan pinjaman [modal] dari bank untuk modal kerja atau investasi pengembangan usaha. Petani harus menjadi produsen kakao yang efektif, sukses dan profesional. Indikatornya terletak pada keteraturan pembukuan usaha dalam bentuk tabulasi yang memuat informasi tertulis tentang,

  1. Aliran arus kas [pengeluaran dan pemasukan].
  2. Posisi laba – rugi
  3. Saldo

Skema aliran uang usaha tani kakao disajikan pada Gambar 1 berikut,

Gambar 1. Skema aliran uang usaha tani kakao.

BIAYA VARIABEL

Belanja ini bersifat fluktuatif. Berubah secara proporsional dengan jumlah panen. Biaya variabel dibelanjakan dalam bentuk upah tenaga kerja dan pembelian bahan pendukung [kompos, pupuk dan bahan kimia]. Upah adalah imbalan dalam bentuk uang atas suatu pekerjaan. Pohon kakao pada umumnya ditanam di pekarangan rumah petani. Tenaga kerja berasal dari keluarga petani atau sering disebut TKD [Tenaga Kerja Dalam]. Saat panen buah melimpah, petani akan merekrut tenaga kerja luar keluarga [TKL], sebagai buruh harian lepas atau borongan. Tenaga ini bersifat musiman, dipekerjakan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang sifatnya dinamis. Jumlah TKL disesuaikan dengan pertambahan volume pekerjaan yang mendesak, misal: saat panen puncak. Durasi kerja buruh harian lepas maksimal 21 hari dalam satu bulan. Aturan ini tertuang dalam Pasal 10 ayat [3], PP nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu [PKWT]. TKL bekerja berdasarkan kesepakatan yang bersifat sementara, Upah dibayarkan jumlah jam kerja [harian] atau borongan. Upah pekerja harian diperhitungkan atas dasar upah bulanan [UMR] dibagi 25, dengan waktu kerja 8 jam per hari. Sedangkan, upah tenaga per jam dikalkulasi sebesar upah bulanan [UMR] dibagi 126.

Selain mengacu pada regulasi resmi, durasi dan nilai upah kerja didasari atas kesepakatan antara petani dan TKL. Saat musim panen rendah [kuartal-I dan II], petani mengandalkan TKD saja. Pada kuartal-III saat panen puncak, petani merekrut TKL sebagai tenaga harian lepas untuk membantu TKD. Nilai upah TKL ditentukan atas dasar borongan dengan besaran antara Rp 100.000 – Rp 150.000. Nilai ini tergantung pada durasi [jam] dan bobot kerja [ringan, sedang dan berat].

Biaya Perawatan Tanaman

Biaya ini dihitung dengan asumsi kondisi fisik tanaman kakao di pekarangan petani: luas lahan garapan [LLG] bervariasi antara 600 m2 hingga 1 hektar. Populasi tanaman berkisar 100 – 600 pohon. Pemeliharaan tanaman kakao mengacu pada pedoman GAP [Good Agriculture Practices], namun belum sepenuhnya dilaksanakan secara utuh [Gambar 2].

Gambar 2. Jadwal kegiatan perawatan tanaman kakao per kuartal.

Kuartal-I bertepatan dengan musim hujan. Kecukupan air memicu pertumbuhan tunas air lebih intensif. Muncul secara sporadis dari pangkal bawah batang ortotrop sampai cabang plagiotrop. Tunas air tumbuh vertikal. . Tunas air mulai tumbuh saat umur tanaman 20 hari setelah tanam. Daunnya berwarna merah muda. Bersifat seperti hama. Tunas air menghisap nutrisi dari dalam tanah yang seharusnya disalurkan ke seluruh bagian tanaman. Segera dipotong saat awal baru tumbuh. Jika tidak, pohon kakao akan mengalami defisit pasokan nutrisi. Menyebabkan layu pentil  [cherelle wilt], sehingga mengurangi jumlah buah. Wiwilan dilakukan setiap 1 minggu sepanjang tahun. Terkadang dilakukan bersama pemangkasan.Ada 3 jenis pemangkasan, yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi. Pemangkasan bentuk dilakukan saat tanaman masih berumur 1 – 2 tahun. Relatif mudah dikerjakan karena postur pohon masih rendah, diameter dahan masih kecil [< 2,5 cm] dan bertekstur lunak. Kegiatan ini bisa dikerjakan oleh TKD. Keterlambatan pemangkasan ini akan berpengaruh pada biaya pemangkasan fase berikutnya. Dahan semakin keras dan jumlahnya makin banyak. Permukaan daun akan saling tumpah-tindih yang berpotensi menghalagi proses asimilasi. Menyebabkan produksi bunga dan buah berkurang. Kuartal-1 pertepatan dengan musim hujan. Lingkungan lembab memicu serangan hama-penyakit, antara lain PBK, Helopeltis dan Phytophthora]. Diperlukan tambahan TKL dengan biaya lebih mahal [Tabel 1].

Tabel 1. Biaya perawatan tanaman kakao kuartal I.

Kuartal-II menginjak musim kemarau. Tanaman kakao segera dipupuk selagi air tanah masih cukup tersedia. Unsur hara pupuk masih bisa meresap dalam tanah dan menjangkau akar tanaman. Diawali, pupuk kompos sebanyak 10 kg per pohon ditaburkan di piringan sekeliling pangkal pohon. Sekiranya diperlukan bisa ditambah suplemen pupuk kimia jenis NPK sebanyak kurang-lebih 60 gr per pohon. Penyakit VSD mudah menyerang tanaman yang kurang sehat akibat defisit pupuk. Serangan VSD [Vascular Streak Dieback] bisa dikendalikan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp, dengan konsekuensi menambah biaya perawatan [Tabel 2].

Tabel 2. Biaya perawatan tanaman kakao kuartal-II.

Pemangkasan pemeliharaan dikerjakan pada kuartal-II. Cabang cacing, tidak sehat dan cabang kering dipotong untuk merangsang buah tumbuh makin banyak dan dan besar ukurannya. Seresah daun dan ranting hasil pangkasan dibersihkan bersamaan dengan pengendalian gulma. Selain secara manual dengan arit, gulma dimatikan secara kimiawi dengan herbisida. Pengendalian gulma ditujukan untuk menghindari persaingan unsur hara dengan tanaman kakao. Pemangkasan dan pengendalian gulma dilakukan pada Juni [Kuartal-II] dan bulan Oktober. [Kuartal-III], seperti disajikan pada Tabel 3 berikut,

Tabel 3. Biaya perawatan tanaman kakao kuartal-III.

Panen dan Pascapanen

Jumlah panen buah kakao per bulan tergantung pada curah hujan. Suhu dan air akan memicu pertunasan dan pembungaan pada bulan Januari sampai Maret. Dalam kurun waktu 5 – 6 bulan kemudian, buah siap dipanen. Puncak panen terjadi antara bulan September – November. Pertunasan bulan Desember – Februari terjadi kurang intensif. Sehingga, panen buah bulan Mei – Juli tahun berikutnya tidak sebanyak bulan September – November [Gambar 3].

Gambar 3. Hubungan antara jumlah panen buah kakao dan curah hujan.

Buah kakao matang ditandai oleh perubahan warna kulit buahnya. Contoh, kulit buah klon Sulawei-1 yang semula hijau saat masih muda, berubah menjadi kuning ketika buah sudah matang. Kuartal-I bertepatan dengan musim hujan. Buah kakao sedang mengalami fase pertumbuhan. Kematangan buah tidak merata. Jumlah panen buah cenderung masih rendah kurang lebih 275 buah per bulan. Jadwal panen dilakukan setiap 1 – 2 minggu sekali. Aktivitas ini bisa dikerjakan oleh 1 – 2 TKD dengan biaya antara Rp 84.000 – Rp 168.000,- [Tabel 4].

Tabel 4. Variabel produksi masa panen kuartal-I.

Buah hasil panen dibelah melintang menjadi 2 bagian yang simetris. Supaya biji kakao beserta plasenta [Ikatan biji] mudah dipisahkan dari kulit buahnya. Biji kakao basah ditampung dalam ember plastik. Setelah dibersihkan dari kotoran, biji kakao basah dimasukkan ke dalam sepasang kotak fermentasi. Proses fermentasi dalam peti berlangsung selama 5 hari. Pada awal hari ketiga, biji dibalik posisinya untuk menjamin proses fermentasi berlangsung secara merata. Pada akhir hari kelima, biji kakao hasil fermentasi dipanen dan langsung dihamparkan di permukaan meja pengering [para-para]. Pada cuaca terang, kadar air biji kakao yang semula 55 % akan turun hingga 7 %. setelah dijemur selama 5 – 7 hari. Bobot kerja fermentasi dan pengeringan termasuk ringan. Modus kerja berlangsung secara intermiten dan berdurasi pendek [membalik biji dan mengontrol proses]. Keduanya cukup dijalankan oleh TKD.

Pada kuartal-II, hasil panen buah kakao mulai meningkat menjadi 550 – 825 buah per bulan. Panen buah ini merupakan hasil pembungaan bulan April tahun yang sama. Semakin banyak panen, biaya panen dan pascapanen semakin tinggi [Tabel 5].

Tabel 5. Variabel produksi masa panen kuartal-II.

Menginjak Triwulan-III, panen buah kakao mencapai puncaknya. Jumlah panen buah berkisar antara 1275 – 1300 buah per bulan. Konsekuensinya, biaya panen dan pascapanen semakin tinggi [Tabel 6].

Tabel 6. Variabel produksi masa panen kuartal-III.

BIAYA TETAP

Biaya tetap adalah pengeluaran uang yang tidak tergantung pada jumlah panen. Biaya ini harus dibayar oleh petani meskipun tidak ada hasil panen. Komponen biaya tetap meliputi PBB lahan dan biaya penyusutan peralatan di kebun dan pascapanen. Biaya penyusutan dihitung untuk menaksir penurunan nilai peralatan setelah digunakan lebih dari satu tahun [Tabel 7].

 Tabel 7. Komponen biaya tetap selama 1 tahun.

TOTAL BIAYA PRODUKSI

Biaya produksi merupakan penjumlahan total biaya variabel dan biaya tetap selama setahun, seperti disajikan pada Tabel 8 berikut,

Tabel 8. Total biaya produksi dan hasil biji kakao kering selama 1 tahun.

Harga biji kakao saat ini bertengger di angka Rp 165 ribu/kg [10 US $]. Hasil penjualan 272 kg biji kering akan diperoleh pendapatan sebesar Rp 44.880.000,-. Padahal, total biaya produksi hanya sebesar Rp 12.796.000,- dengan HPP Rp 47.218,- per kg biji. Dengan demikian, keuntungan usaha budidaya kakao sangat besar. Apalagi tren positif ini akan terus berlanjut sampai tahun 2025. Diprediksi, harga akan terus melambung mendekati Rp 200 ribu pada akhir kuartal-I tahun 2025 mendatang [Gambar 4].

Gambar 4. Trend harga biji kakao.

Momentum ini sebaiknya dimanfaatkan oleh petani kakao untuk meningkatkan produksi kakao. Upaya ini bisa ditempuh lewat intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan [replanting] dan perluasan lahan [ekstensifikasi]. Petani bisa menyisihkan pendapatan dari penjualan biji kakao untuk mendukung upaya tersebut.

PENUTUP

Petani selama ini menganggap pembukuan usaha tani merepotkan. Edukasi secara intensif dan berkelanjutan menjadi hal esensial agar petani,

  1. menyadari tentang pentingnya perencanaan dan pengelolaan kebun sesuai GAP.
  2. melakuan pembukuan aliran pemasukan dan pengeluaran uang secara teratur dan reguler.
  3. menginventaris peningkatan aset usaha [perluasan lahan, populasi tanamam dll].

DAFTAR BACAAN

Asir, M [2023]. Cost Benefit Analysis Of Key Actors In The Cocoa Beans Marketing. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 20 No. 1, March 2023.

Ermiati.,[2014]. Profil Dan Kelayakan Usahatani Kakao Di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. J. TIDP 1(3), 125-132. November, 2014

 https://blogs.worldbank.org/en/opendata/cocoa-and-coffee-prices/

https://www.sustainabilitybynumbers.com/p/cocoa-prices

PERAN FERMENTASI DALAM PASCAPANEN BUAH KAKAO

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat dan Pemutusan Hubungan Kerja.

Rohmatunnisa, R.D [2022]. Laporan Keuangan “Personal” Berdasarkan SAKEMKM dalam Kacamata Petani. BAJ (Behavioral Accounting Journal)Vol. 5, No. 2, Desember 2022.

Suripatty [2011]. Analisis Struktur Biaya Produksi Dan Kontribusi Pendapatan

Komoditi  Kakao (Theobroma Cacao L) Di Desa Latu. PattJurnal Agroforestri  Volume VI Nomor 2 Juni 2011.

 Wisnu Aji [2022]. Evaluation of Cocoa (Theobroma Cacao L) Farming Development in Karangan Hilir Village, Karangan District. Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Volume 18 (31), Juli 2021 : 50 – 56.

                                                        =====O=====

Leave a Reply

Your email address will not be published.

× WhatsApp