PEMBIBITAN KAKAO MELALUI TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF
[Bagian II]
LATAR BELAKANG
Salah satu faktor penentu keberhasilan peningkatan produksi kakao adalah ketersediaan bahan tanam unggul. Bahan tanam ini bisa diperoleh melalui perbanyakan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif berasal dari biji bersertifikat. Sedangkan, perbanyakan secara vegetatif [klonal] menggunakan bagian tanaman, seperti daun, dahan dan pucuk sebagai bahan okulasi, setek dan sambung. Tanaman baru hasil perbanyakan ini mempunyai sifat genetik sama seperti induknya. Sumber entres untuk perbanyakan klonal diperoleh dari kebun entres yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sebagai penjamin mutu bahan tanam adalah Pengawas Benih Tanaman [PBT]. Artikel ini merupakan saduran dari Lampiran surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 314/ Kpts/KB.020/10/2015. Artikel ini adalah bagian II, lanjutan dari bagian I yang sudah diunggah sebelumnya.
- 2. Teknik Perbanyakan Vegetatif
Teknik ini merupakan perbanyakan tanaman tanpa melalui proses perkawinan dari kedua induk tetuanya. Tanaman turunannya akan memiliki sifat yang seperti induknya. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek, okulasi, sambung pucuk.
Perbanyakan Stek
Teknik ini berfungsi untuk menumbuhkan akar pada potongan tanaman [entres] untuk membentuk tanaman baru. Cara ini membutuhkan waktu singkat untuk menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak. Sumber stek diperoleh potongan cabang plagiotrop pohon kakao yang berasal dari kebun entres klon unggul yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan atas nama Menteri Pertanian. Entres harus memiliki identitas jelas, sehat dan mampu tumbuh kuat.
Tahapan perbanyakan secara stek dilakukan dalam 4 tahapan,
Penyiapan entres,
- memotong entres dari bagian cabang plagiotrop 5 ruas dan terikut 2 – 3 helai daun.
- mengiris ujung daun hingga tinggal 1/3 nya.
- menyayat ujung entres membentuk irisan miring dan mencelupkan ke dalam larutan zat pengatur tumbuh akar [ZPT] selama 10 detik.
Penyiapan media tanam meliputi,
- membuat bak media tanam lebar 1 m dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan
- mengisi bak dengan media tanam berupa campuran pasir halus, tanah dan pupuk kandang.
- mensterilkan media tanam dengan fumigan
- menyiram media tanam dengan air bersih.
- menutup permukaan media tanam dengan lembaran plastik selama 3 hari.
- membuka lembaran plastik untuk mengaduk, meratakan dan menyiram media tanam.
Penanaman stek
- menanam ujung entres ke dalam media tanam dengan jarak 3 x 5 cm.
- menutup stek dengan lembaran plastik transparan selama 3 mingg
- menyiram stek dengan air tanpa membuka plastikny
- mengecek perakaran stek setelah 3 – 4 minggu penyetekan.
Pemindahan hasil stek
- memindahkan stek berakar ke polibeg yang telah terisi media tanam.
- memasukkan polibeg ke dalam sungkup
- memelihara stek selama 2 bulan untuk menyempurnakan perakaran.
- membuka sungkup secara bertahap untuk aklimatisasi bibit selama 6 bulan sampai diperoleh tampilan bibit seperti pada Gambar 6.
Gambar 6. Tampilan bibit kakao hasil perbanyakan stek
Perbanyakan Okulasi
Teknik ini berlangsung lewat penempelan mata tunas kakao unggul pada batang kakao muda berumur 3 – 4 bulan. Keduanga diikat kuat dan dipelihara hingga tumbuh menjadi tanaman baru. Mata tunas berperan sebagai batang atas. Batang tanaman kakao muda berfungsi sebagai batang bawah yang berasal dari kebun induk yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan atas nama Menteri Pertanian.
Proses okulasi mengikuti tahapan berikut,
- penyiapan batang bawah berupa bibit kakao muda berumur 3 – 4 bulan. Diameter lilit batang sekitar 2 cm dalam kondisi sehat, kuat, tidak ada gejala kekurangan cahaya [etiolasi] dan bebas dari serangan hama dan penyakit. Batang bawah berasal dari biji.
- pengambilan mata tunas [entres] dari cabang plagiotrop yang sehat, tidak bertunas [flush], berwarna hijau kecoklatan dan berdiameter kurang-lebih 1 c Mata tunas berperan sebagai batang atas.
- pembuatan “jendela” okulasi. Kulit batang bawah ditoreh vertikal sepanjang 3 cm. Ujung bawah kulit torehan dipotong horisontal. Disisakan lidah kulit kecil untuk menahan batang atas.
- penyisipan batang atas pada bagian dalam jendela kulit batang bawah.
- pengikatan sisipan batang atas dan batang bawah dengan tali rafia dan diperkuat dengan parafilm [Gambar 7].
Gambar 7. Pembuatan jendela okulasi dan pengikatan batang atas [entres].
- pelepasan tali pengikat 3 – 4 minggu setelah okulasi. Tunas tumbuhan baru berwarna hijau menunjukkan okulasi berhasil. Tunas batang bawah dirundukan untuk memacu pertumbuhan tunas baru [Gambar 8].
Gambar 8. Tunas batang bawah dirundukan.
- pemotongan batang bawah kira-kira 5 cm saat tunas baru telah memiliki minimal 6 lembar daun dewasa [Gambar 9].
- penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit pada bibit hasil okulasi. Dosis pupuk urea 2 gr per batang setiap 2 minggu sek
- pemeliharaan bibit hasil okulasi sampai siap salur [umur 5 – 9 bulan] setelah sambung. Tinggi bibit 50 – 80 cm, warna daun hijau segar, jumlah daun minimal 12 helai, diameter batang 0,7 – 1 cm dan bebas serangan hama dan penyakit.
Gambar 9. Bibit kakao hasil okulasi siap salur.
Perbanyakan Sambung Pucuk
Perbanyakan ini menggabungkan sifat unggul batang atas dan batang bawah dari 2 klon unggul yang berbeda. Batang atas berasal dari klon unggul yang memiliki produktivitas tinggi. Sedangkan, batang bawah mempunyai perakaran kuat dan tahan terhadap penyakit akar. Teknik ini mudah dipraktekkan dengan tingkat keberhasilan tinggi. Pohon hasil sambung pucuk akan berbunga dan berbuah lebih cepat serta memiliki perakaran yang kuat. Klon anjuran untuk batang bawah adalah DR1, Sca 6 dan Sca 12. Ketiganya berasal dari kebun induk yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. Namun, teknis ini sering terkendala oleh sifat inkompatibilitas antara batang atas dan batang bawah. Demikian juga, benih kakao unggul untuk sumber batang atas tidak tersedia setiap saat.
Bahan untuk perbanykan sambung pucuk adalah sebagai berikut,
- batang bawah berasal dari bibit kakao muda berumur 3-4 bulan, lilit batang sekitar 2 c Proses penyiapan batang bawah sama dengan proses penyiapan bibit kakao asal biji. Batang bawah harus kuat, sehat, tidak ada gejala kekurangan cahaya dan bebas serangan hama dan penyakit.
- batang bawah dipotong mendatar dengan sisa 4 – 6 helai daun. Bagian tengah batang bawah disayat vertikal sepanjang 3 – 5 cm, seperti pada [Gambar 10].
Gambar 10. Pembelahan ujung atas batang bawah secara vertikal.
- batang atas [entres] asal cabang plagiotrop yang sehat, tidak bertunas [flush], berwarna hijau kecoklatan dan berdiameter ± 1 cm.
- batang atas [entres] dipotong sepanjang 5 – 10 cm [memiliki 3 mata tunas]. Ujung bawah entres disayat miring pada kedua sisinya menjadi runcing, seperti mata tombak [Gambar 11].
Gambar 11. Penajaman ujung bawah entres.
- ujung bawah entres disisipkan pada belahan ujung atas batang bawah. Pertautan keduanya diikat erat dengan tali plastik dan disungkup dengan kantong plastik transparan, seperti pada Gambar 12.
Gambar 12. Pertautan batang atas-bawah dan pembungkusan dengan kantong plastik.
- pengamatan sambungan pada 10 – 15 hari setelah penyambungan. Jika hasil sambungan terbentuk dengan baik, tunas dibiarkan tumbuh sepanjang ± 2 cm.
- sungkup plastik transparan dibuka.
- lilitan tali ikatan pertautan dibiarkan tidak dilepas hingga tunas baru berumur 3 bulan [Gambar 13].
Gambar 13. Plastik penutup dibuka dan lilitan tali dilepas setelah tunas baru berumur 3 bulan.
- jika sambungan gagal [mati], maka proses sambung pucuk segera diulang. Proses ini bisa dilakukan beberapa kali selama batang bawah masih memiliki daun minimal 2 helai.
- bibit hasil sambungan disiram, dipupuk, hama dan penyakit dikendalikan dengan baik.
- aklimatisasi bibit hasil sambungan berlangsung selama 3 – 6 bulan.
- bibit hasil sambungan siap salur dan siap tanam di lahan kebun setelah memiliki ketinggian 50 – 80 cm, daun berwarna hijau segar, diameter lilit batang minimal 0,7 cm dan bebas dari serangan hama dan penyakit [Gambar 14].
Gambar 14. Tampilan bibit hasil sambung pucuk siap salur dan siap tanam.
STANDAR BIBIT KAKAO PERBANYAKAN VEGETATIF
Standar Mutu Benih Hasil Stek
Kriteria mutu bibit kakao hasil perbanyakan stek siap tanam adalah,
- Umur benih : minimal 5 bulan
- Tinggi benih : minimal 20 cm (diukur dari pangkal batang)
- Warna daun : hijau
- Jumlah daun : minimal 6 daun dewasa
- Diameter batang : minimal 0,5 cm
- Kesehatan : bebas hama dan penyakit
- Batang bawah : berasal dari kebun sumber benih yang telah
ditetapkan oleh Menteri Pertanian/Direktur
Jenderal Perkebunan.
Standar Mutu Benih Hasil Okulasi
Kriteria mutu bibit kakao hasil perbanyakan okulasi siap tanam adalah,
- Diameter tunas : 5 cm dari pangkal tunas.
- Umur benih : 5 – 9 bulan setelah sambung
- Tinggi benih : 50 – 80 cm
- Warna daun : hijau segar
- Jumlah daun : minimal 12 helai
- Diameter batang : minimal 0,6 cm.
- Kesehatan : bebas serangan hama dan penyakit.
- Batang bawah : berasal dari kebun sumber benih yang telah
ditetapkan oleh Menteri Pertanian/Direktur
Jenderal Perkebunan
Standar Mutu Benih Hasil Sambung Pucuk
Kriteria mutu bibit kakao hasil perbanyakan sambung pucuk siap tanam adalah,
- Umur bibit : 3 – 5 bulan setelah sambung
- Tinggi bibit : minimal 50 cm [pada pangkal batang]
- Warna daun : hijau segar
- Jumlah daun : minimal 8 helai dari batang atas
- Diameter batang : minimal 0,6 cm.
- Kesehatan : bebas serangan hama dan penyakit
- Batang bawah : berasal dari kebun sumber benih yang telah
ditetapkan oleh Menteri Pertanian/ Direktur Jenderal Perkebunan.
[Bersambung Bagian III]