Blog

Get informed about our latest news and events

SINERGI KOPI DAN SUSU, ENAK LAGI SEHAT

SINERGI KOPI DAN SUSU, ENAK LAGI SEHAT

 

Sri Mulato [cctcid.com]

PENDAHULUAN

Awalnya, kultur minum seduhan kopi disajikan sebagai kopi item, tanpa ditambah susu. Terinspirasi dari tradisi minum teh-susu para elit Tionghoa Dinasti Qing, Nieuhoff, duta besar Belanda di Cina pada tahun 1660, menginisiasi penyajian seduhan kopi plus susu. Tren minum kopi-susu kemudian terus bersambut, menyebar ke seluruh dunia. Di Eropa, minuman kopi-susu diterima secara luas sejak diperkenalkan oleh Kulczycki warga Polandia yang membuka Kafe di Wina tahun 1684. Susu telah menjadi bagian tidak terpisahkan dengan kopi. Selain enak, sinergi keduanya membuat seduhan kopi makin menyehatkan [Gambar 1].

Mengandung vitamin dan mineral, di dalam seduhan kopi juga tersimpan 2 jenis senyawa aktioksidan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Jenis pertama adalah senyawa asam khlorogenat, senyawa alami bawaan biji kopi sejak ditanam. Kedua adalah seyawa melanoidin, terbentuk saat biji kopi disangrai. Secangkir seduhan kopi [200 ml] mengandung asam khlorogeat sekitar 35 – 500 mg dan melanoidin sebanyak 800 – 1500 mg. Tidak ada yang menyangkal, susu bergizi tinggi dan lengkap, ada protein, lemak, gula laktosa, vitamin dan mineral. Selain mendongkrak nilai gizi seduhan kopi, susu juga berperan mengatrol citarasa, memperbaiki tekstur dan warna.

Dengan nilai pH mendekati netral [± 7], tambahan susu dapat mengangkat nilai pH seduhan kopi yang semula bersifat asam [pH ± 5]. Solusi bagi peminum kopi yang sensitif terhadap nyeri lambung. Kandungan kalsium [Ca] dalam susu dapat membantu pembentukan tulang, juga mensubstitusi penyusutan mineral kalsium dari tulang akibat proses osteoporosis. Susu bentuk cair, kental maupun bubuk bisa langsung ditambahkan dengan takaran sesuai kesukaan ke dalam seduhan kopi sesaat akan diminum. Dari aspek kebaristaan, fungsi susu yang paling fenomenal adalah sebagai penghias seduhan kopi berbasis seni, yaitu “latte art”. Permukaan seduhan kopi espresso yang berwarna coklat keemasan bisa dilukis berbagai gambar yang atraktif  dengan emulsi halus susu [microfoam] warna putih sebagai catnya.

KOMPOSISI SUSU

Senyawa utama penyusun susu segar sapi hasil perahan adalah air, kurang lebih 87,70 %. Secara kimiawi, susu cair merupakan emulsi koloidal butiran-butiran lemak yang terdispersi dalam air. Protein membentuk koloid, sedangkan karbohidrat, mineral dan sebagian vitamin larut dalam air [Gambar 2].

Susu segar mengandung lemak kurang lebih 3,30 %. Lebih dari 95% lemak susu berbentuk globula [gumpalan bulat] berukuran antara 0,10 – 15 µm, sisanya adalah cairan skim dengan kadar lemak rendah [< 1 %]. Glubola dikelilingi oleh membran yang terdiri dari protein, fosfolipid, dan gliserida. Membran melindungi lemak susu dari oksidasi atau degradasi oleh enzim yang menyebabka rasa susu tidak enak. Homogenisasi susu diperlukan untuk memecah butiran globula besar menjadi kecil, kira-kira 2 µm, guna mencegah pembentukan lapisan lemak di permukaan cairan susu. Dalam globula tersimpan lemak susu, bentuk trigliserida, tersusun dari asam lemak jenuh 66 % dan sisanya asam lemak tidak jenuh. Lemak memasok energi untuk tubuh sebesar 9 kkalori/gr.

Protein pada susu terletak di permukaan glubola yang sudah dihomogenisasi. Kadar protein susu segar sekitar 3,40 %. Protein yang terkandung dalam susu termasuk dalam golongan protein sempurna [complete protein], yaitu protein yang mengandung asam-asam amino esensial lengkap baik jenis maupun jumlahnya. Asam amino berperan dalam pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh. Susu juga mengandung protein jenis albumin dan globulin. Keduanya berguna untuk proses penggantian sel yang rusak pada orang dewasa dan menyokong pertumbuhan anak-anak. Setiap gram protein mengandung 4 kkalori.

Komponen utama protein susu adalah kasein [80 %] dan sisanya adalah whey [serum]. Kasein mampu memantulkan cahaya yang memberi kesan susu berwarna putih. Tidak sensitif terhadap panas dan tahan sampai temperatur diatas 120 oC. Namun, kasein sensitif terhadap perubahan nilai pH larutan. Fospor dalam kasein menyebabkan kasein mudah mengendap pada nilai pH larutan pH 4,6. Sebaliknya, whey mengandung sulfur yang tidak mudah mengendap dan tetap larut dalam susu pada nilai pH 4,6. Salah satu senyawa penting dalam whey adalah imunoglobulin yang berperan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Susu juga mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, seperti vitamin A, B, C, D, E dan mineral kalsium [Ca] dan fosfor [P].

Kandungan karbohidrat dalam susu sekitar 4-6 %, mayoritas adalah gula laktosa.  Termasuk bahan yang mudah dicerna oleh enzim laktase dalam lambung. Berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh. Setiap gram karbohidrat mengandung 4 kkalori. Namun, laktosa bersifat alergen, bagi seseorang yang intoleran karena keterbatasan jumlah enzim laktase dalam lambungnya. Meskipun kandungan gulanya cukup tinggi, tingkat kemanisan susu hanya seperlima kemanisan gula pasir. Laktosa berperan pada sensasi rasa khas susu. Sensasi manis laktosa akan lebih terasa setelah terurai menjadi 2 glukosa dan galaktosa [Gambar 3].

PRODUK SUSU KOMERSIAL

Kelemahan mendasar susu sapi adalah sangat mudah rusak. Cemaran mikroba selama pemerahan dan penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu dan umur simpan susu perah. Pada suhu ruangan, susu segar hanya mampu bertahan selama 5 – 8 jam setelah pemerahan. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM], produk susu perah bisa dikemas dan dipasarkan dalam bentuk cair, kental maupun bubuk setelah melewati salah satu dari proses pengawetan, yaitu pasteurisasi, ultra high temperature [UHT] dan sterilisasi. Masing-masing metoda pengawetan memiliki dampak pada kualitas, nutrisi, citarasa dan umur simpan susu yang dihasilkannya [Tabel 1].

Sumber: http://foodforkids.co.id/post/306/2015-01-31.

Masing-masing metoda pengawetan menghasilkan karakteristik rasa susu yang berbeda. Susu sterilisasi cenderung kurang enak dan warnanya agak kecoklatan. Dari perspektif  kebaristaan, susu sangat mudah berubah citarasa saat proses penyeduhan tengah berlangsung. Ketika barista mengukus susu dingin dari kulkas untuk produksi kopi “latte”, protein susu akan berperan menjaga kestabilan busa. Namun, pada pemanasan kedua kalinya, protein akan berubah sifat. Tidak bisa lagi berfungsi sebagai stabilisator busa. Sehingga, busa mudah rusak.

Susu Cair

Aplikasi susu cair dalam penyeduhan kopi terbilang paling praktis. Penyajiannya sangat mudah, tinggal tuang ke dalam cangkir seduran kopi. Produk susu cair dibagi menjadi tiga jenis, yaitu, “whole milk” atau susu segar, “lowfat milk” atau susu rendah lemak dan “skim milk” atau susu bebas lemak. Masing-masing dengan kandungan lemak 3,25 %, 0,5 – 2 % dan 0,1 – 0,5 %.

Susu Kental

Susu kental secara historis muncul saat perang. Tentara membutuhkan jenis makanan dan minuman yang awet dan cepat saji. Susu kental manis mulai dikenal sejak abad-18, saat Amerika sedang dilanda perang saudara. Melalui proses evaporasi-vakum, air dalam susu segar teruapkan sampai kadarnya tinggal 40 – 50%. Tekstur susu menjadi lebih kental, namun rasanya tidak manis. Gula ditambahkan ke dalam suhu kental untuk memberikan sensasi rasa manis lebih kuat, selain itu gula berfungsi juga sebagai pengawet. Selama proses evaporasi, struktur lemak tidak mengalami perubahan. Produk proses ini disebut susu kental manis “full cream”. Susu kental manis bisa juga dibuat dari susu skim, susu whey, susu nabati dan krimer.

Susu Bubuk

Susu bubuk adalah produk hasil olahan susu segar yang sudah mengalami proses pengeringan, salah satunya dengan metoda pengeringan “spray”. Susu segar disemprotkan ke dalam menara pengering. Sebagian besar air dalam susu akan teruapkan, kadar airnya tinggal 5 %. Bentuknya berubah menjadi bubuk atau sering disebut krimer. Di pasaran mudah dijumpai krimer jenis ”full cream”, “half cream” dan “skim” dalam kemasan kaleng atau aluminium foil. Kadar lemak susu bubuk “full cream” adalah paling tinggi dan “skim” paling rendah.

Susu Nabati

Susu jenis ini berasal bijian, seperti biji kedelai, oat, almon dan bahkan beras. Secara umum, kandungan nutrisi susu nabati tidak sama dibandingkan susu sapi. Selain bentuk cair, susu nabati bisa juga disajikan dalam bentuk bubuk [krimer]. Tidak mengandung gula laktosa. Susu dan krimer nabati umumnya dikonsumsi oleh penderita alergi laktosa dan vegetarian. Umur simpannya juga lebih lama karena kandungan asam lemak tidak jenuh dan protein yang relatif rendah.

PERAN SUSU DALAM PENYEDUHAN KOPI

Kopi hitam adalah versi paling sederhana dari seduhan kopi, hanya kombinasi air dan bubuk kopi. Teknik penyeduhan terkini melibatkan lebih banyak susu sebagai bahan tambahan. Interaksi kopi, susu dan air menjadi faktor penentu pada citarasa dan tekstur seduhan kopi. Penambahan susu merubah warna seduhan kopi menjadi coklat muda dengan tekstur lebih kental. Citarasa seduhannya juga lebih enak, rasa pahit dan asam menurun drastis. Muncul aroma gurih susu. Pada perkembangannya, peran susu pada seduhan kopi semakin variatif. Yang paling fenomenal adalah seduhan kopi berbasis seni, yaitu kopi “latte”. Mulai terkenal di Seattle USA pada tahun 1980-an. Emulsi halus busa susu [microfoan] berwarna putih sebagai penghias permukaan seduhan kopi espresso berwarna coklat. Jadilah kreasi seni latte dengan berbagai dekorasi yang atraktif [Gambar 4].

Seduhan Espresso

Adalah Luigi Bezzerra dari Italia pada awal abad 20 menemukan teknik penyeduhan dengan mesin espresso. Secangkir kopi bisa diseduh dalam hitungan detik. Suatu terobosan baru, yang belum dikenal sebelumnya. Tak pelak, teknik seduhan espresso menjadi ikon fenomenal kemajuan teknik penyeduhan kopi sampai kini. Keunikan teknik ini terletak pada aplikasi aliran air penyeduh bertekanan tinggi. Mesin penyeduh espresso dilengkapi dengan fitur-fitur khusus, seperti tandon air, pompa bertekanan tinggi, pemanas air, pipa uap dan forta filer sebagai wadah bubuk kopi [Gambar 5].

Air penyeduh dari tandon dialirkan dengan tekanan tinggi oleh sebuah pompa mini. Bermodal tekanan 9 atmosfir, air penyeduh dilewatkan pemanas sampai suhunya meningkat menjadi 96 – 98 °C dan berlanjut menekan bubuk kopi dalam forta filter. Hanya dalam waktu 30 detik, air panas berhasil melarutkan senyawa pembentuk citarasa dalam bubuk kopi secara seimbang. Minyak kopi juga terekstrak dari bubuk kopi hampir 10 % dan teremulsi dalam seduhan. Senyawa aromatis yang semula terikat oleh lemak bisa terlarut dalam jumlah lebih banyak. Sensasi citarasa khas kopi lebih kuat. Senyawa minyak juga berperan dalam peningkatan kekentalan [viskositas] seduhan kopi. Sensasi body pada seduhan espresso menjadi lebih kentara. Seansasi rasa pahit seduhan kopi menurun, terselubungi oleh suspensi koloid dan gelembung gas [CO2].

Ciri khas seduhan espresso adalah krema. Merupakan emulsi campuran gas CO2 [ukuran kecil] dan gelembung uap air [ukuran besar] yang dikelilingi oleh lapisan tipis [film] minyak. Terlihat sebagai lapisan busa kecoklatan di atas permukaan seduhan. Lapisan krema berperan sebagai perangkap senyawa aromatis khas kopi yang dapat dinikmati selama 10 – 20 menit setelah proses penyeduhan. Seduhan kopi espresso juga mempunyai kelebihan dalam hal kekentalan [body]. Dispersi padatan terlarut dalam bentuk koloidal menyebabkan viskositas cairan seduhan espresso lebih tinggi daripada hasil seduhan teknik penyeduhan lainnya.

Secara umum indikator kualitas krema adalah warna, tekstur, ketebalan dan durasi kenampakannya. Ada sejumlah faktor yang berpengaruh pada mutu krema, antara lain, jenis kopi, suhu air seduh, tingkat penyangraian, kesegaran [freshnes] biji kopi sangrai dan lama penyeduhan. Warna krema normal adalah kuning kecoklatan atau merah keemasan. Warna krema gelap disebabkan oleh “over ekstraksi”, bubuk terlalu halus, tekanan tamping berlebihan dan suhu air penyeduh terlalu panas. Krema bertekstur lembut tersusun dari ribuan gelembung gas berukuran kecil dan terlihat seperti beludru. Tebal lapisan krema paling tidak 1/10  dari seluruh volume seduhan espresso. Eksistensi krema yang baik bisa bertahan paling tidak sekitar dua menit di atas permukaan seduhan. Selebihnya, krema akan tenggelam ke dalam cairan kopi. Biji kopi sangrai yang masih segar [fresh] dengan tingkat sangrai gelap akan menghasilkan krema lebih tebal. Keduanya mengandung minyak dan gas CO2 dalam jumlah yang cukup banyak. Seduhan espresso campuran [blend] kopi arabika dan robusta menghasilkan krema yang lebih baik daripada seduhan espresso arabika saja.

Pengukusan Susu [Milk Steaming]

Mesin espresso kebanyakan dilengkapi perangkat untuk pengukusan susu berwujud pipa stainlis [wand]. Berfungsi untuk menghasilkan  busa, suatu dispersi gelembung udara udara dalam cairan susu. Busa muncul oleh injeksi udara dan uap air lewat ujung pipa ang tercelup dalam susu. Lemak suu merupakan kombinasi asam lemak jenuh dan tidak jenuh baik tunggal maupun majemuk. Keduanya memainkan peran penting dalam pembentukan busa. Kualitas busa dinilai dari stabilitas, volume dan citarasanya. Stabilitas busa berbanding lurus dengan kandungan lemak. Susu berkadar lemak tinggi memiliki tegangan permukaan yang besar. Gelembung udara terlindungi oleh lapisan lemak yang kuat. Stabilitas busa lebih tinggi, bisa bertahan lebih lama dan tidak mudah pecah dibandingkan busa susu skim [tanpa lemak]. Susu pasteurisasi memiliki ukuran butiran lemak yang kecil, cenderung menghasilkan busa yang halus. Sebaliknya, susu skim memiliki kemampuan untuk menghasilkan jumlah atau volume busa yang lebih besar. Citarasa susu berbanding lurus dengan kandungan lemak.

Selain lemak, protein terutama jenis whey, berperan penting dalam menjaga stabilitas dan volume busa. Pada injeksi uap bersuhu 60 °C, gelembung udara panas ikut terdorong ke dalam cairan susu. Protein akan terdenaturasi dan bersama lemak melapisi permukaan gelembung udara. Terjadi peningkatan stabilitas busa mikro dengan tekstur halus. Protein berada persinggungan antar-muka matriks air dan gumpalan lemak yang ada di dalam susu. Protein memiliki karakteristik unik, separuh bagiannya bersifat hidrophilik terikat oleh air dan separuh bagian lainnya hidrophobik menggandeng senyawa lemak. Ikatan ini menjadikan busa lebih stabil [Gambar 6].

Susu mengandung gula laktosa, berperan pada sensasi aroma khas susu dan rasa manis. Pada suhu rendah, tingkat kemanisan laktosa tidak terlalu terasa. Kemanisannya muncul seiring dengan kenaikan suhu pengukusan. Laktosa akan terpecah menjadi monosakarida galaktosa dan glukosa yang memberikan sensasi rasa manis lebih kuat. Namun, pada pemanasan di atas suhu 75 oC, tingkat kemanisan laktosa akan menurun. Jumlah glukosa berkurang akibat sebagian berreaksi dengan asam amino pecahan protein. Reaksi ini disebut reaksi Maillard. Reaksi ini juga menyebabkan warna susu berubah kecoklatan.

Mesin espresso dilengkapi dengan pipa uap air panas [wand]. Pipa ini terhubung dengan pemanas air [boiler]. Tahapan pengukusan susu disajikan pada Gambar 7 berikut,

Tahapan 1, bejana stainlis diisi susu dingin [± 10 oC] sampai separonya. Dalam kondisi katup uap panas masih tertutup, bejana susu diposisikan sedemikian rupa sehingga ujung pipa terendam sedalam 1 cm di bawah permukaan cairan susu. Tahapan 2, bejana susu diturunkan sedikit, ujung pipa bergeser tepat di atas permukaan cairan susu. Saat katup pipa dibuka, injeksi uap panas bertekanan akan mendorong permukaan cairan susu dengan profil melengkung di kanan-kiri ujung pipa mirip bentuk terompet. Udara di sekitar permukaan turut terhisap ke dalam cairan susu. Terjadi dispersi gelembung busa yang lembut. Suhu susu yang semula di kisaran 7 oC akan naik mendekati 40 oC. Rentang kenaikan suhu ini sering disebut fase peregangan, berlangsung kurang lebih selama 10 detik [Gambar 8].

Tahapan 3 disebut fase teksturing, pengadukan cairan susu secara perlahan untuk menghasilkan tekstur busa halus dan homogen. Posisi ujung pipa uap didorong lebih dalam kira-kira 2 – 3 cm di bawah permukaan susu. Bejana sedikit dimiringkan dan digerakkan memutar untuk memperbesar turbulensi pusaran air. Terjadi pusaran cairan susu lebih intensif. Gelembung busa besar akan saling bertumbukan satu dengan yang lain. Menghasilkan gelembung busa halus dan ringan, mengambang di atas permukaan cairan susu. Secara bersamaan, suhu susu meningkat mendekati 70 °C. Tekstur susu membentuk lapisan busa lembut dan mengkilap. Pemanasan lanjut di atas suhu 70 oC menyebabkan busa terpecah dan tingkat kemanisan susu berkurang. Selama pengukusan, volume susu akan mengembang hampir dua kalinya sebagai akibat sebagian massa susu terisi oleh gelembung udara. Hal ini perlu diperhatikan untuk tidak mengisi bejana terlalu banyak. Disarankan bejana hanya diisi susu separo dari volume yang tersediaB.

Seni “Latte” Penuangan [Pouring]

Hasil teksturing disebut susu kukus, berperan sebagai media lukisan [mirip fungsi cat]. Sedangkan krema berwarna kecoklatan pada seduhan espresso berfungsi sebagai kanvas. Seni “latte” ini terbentuk melalui proses penuangan susu hasil teksturing secara terukur ke dalam cangkir yang sudah terisi seduhan kopi espresso. Tahapan pembuatan seni latte dengan metoda penuangan disajikan seperti pada Gambar 9 berikut ini,

  1. Cangkir berisi seduhan espresso dimiringkan 20 o ke salah satu sisinya. Susu kukus dituangkan ke cangkir sampai cairan susu tenggelam ke dalam seduhan espresso.
  2. Susu ditambahkan sampai terbentuk gumpalan melingkar cukup besar, volume seduhan espresso plus susu mencapai ¾ dari tinggi cangkir.
  3. Posisi bejana diangkat supaya bisa mendorong pinggiran gumpalan susu membentuk dekorasi tertentu, misal bentuk hati.
  4. Siap disajikan dalam tampilan yang bersih dan menarik.

Seni “Latte” Etsa [Etching]

Cara sederhana membuat latte etsa adalah menggunakan sirup kental sebagai bahan untuk melukis bentuk ornamen tertentu di permukaan susu kukus. Kombinasi warna sirup dan susu kukus menghasilkan hiasan sarang laba-laba yang kontras dan impresif. Diawali penuangan sirup ke permukaan susu kukus sampai terbentuk gambar pola dasar mata angin. Ruji-ruji pola dasar ditoreh dengan pena lancip sampai akhirnya terbentuk desain gambar sarang laba-laba [Gambar 10].

PERAN SUSU DALAM PRODUKSI KOPI-SUSU RTD

Minuman ready to drink atau lebih dikenal RTD adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan jenis minuman yang dijual dalam kemasan siap minum Minuman RTD sangat populer karena bisa langsung dikonsumsi tanpa harus diolah lebih lanjut. Cocok untuk konsumen milenial, tidak mau ribet. Terbukti dalam 5 tahun terakhir, volume penjualan kopi siap minum melonjak dari 50 juta liter menjadi 120 juta liter. Produsen RTD dikuasasi oleh perusahaan skala besar. Tidak mau ketinggalan, industri skala UKM juga ikut merambah dan meramaikan pasar RTD kopi. Berbekal konsep produksi RTD kopi ala Kafe dan pemasaran berbasis Grab & Go, produk RTD-UKM bisa menjangkau pasar rumahan dengan harga miring. Mengadopsi sistem produksi berbasis “customized”, mereka bisa melayani keinginan pasar dengan lebih fleksibel [Gambar 11].

Proses produksi kopi-susu RTD skala UKM terbagi menjadi 4 seksi. Pertama terdiri atas proses seleksi biji kopi, penyangraian dan penggilingan sampai diperoleh bubuk kopi. Seksi kedua adalah pelarutan bubuk kopi dan pemisahan larutan kopi dari ampasnya. Diikuti seksi ketiga adalah pecampuran larutan kopi dengan gula dan susu pada proporsi sesuai kesukaan pasar. Diakhiri dengan proses sterilasi dan pengemasan dalam botol RTD.

Generasi muda punya andil besar dalam peningkatan konsumsi RTD, melalui model pemasaran secara WOM [Worth Of Mouth]. Mereka adalah generasi yang saling terhubung. Memanfaatkan teknologi komunikasi terkini dan cepat. Sambil minum kopi, mereka sekaligus mempengaruhi komunitasnya untuk jadi “follower”. Generasi milenial memiliki beberapa pertimbangan yang realistis untuk membeli kopi-susu RTD, yaitu,

  1. Harga yang terjangkau
  2. Customized: resep dan varian rasa bisa dipesan.
  3. Pembelian mudah lewat aplikasi Grab & Go.
  4. Pembayaran praktis dengan e-money.
  5.  Cepat, bisa dinikmati di manapun dan kapanpun.

Bagi kaum milenial yang memiliki mobilitas tinggi, lebih menyenangi pembelian secara “take and away”. Merekapun menyukai seduhan ala espresso, susu dan gula, baik dalam kemasan “cup” kertas, yang masih “fresh” maupun yang sudah dikemas dalam bentuk RTD. Produk kopi RTD masih akan terus menjadi andalan pasar kopi selama beberapa tahun ke depan, karena didukung oleh pemasaran melalui “User Generated Content” [UGC] di sosial media, diperkuat dengan “influencer” ternama dan ekspansi pasar berbasis sistem “franchise” yang murah dan mudah.

RTD kopi-susu juga membidik kosumen rumahan. Penerapan protokol jaga jarak di masa pandemik Covid-19 telah mengubah perilaku masyarakat dalam menikmati seduhan kopi. Mereka tidak lagi leluasa berkumpul di kafe, dengan terpaksa minum kopi di rumah. Kafe jadi sepi, penjualan kopi terganggu. Kafe merubah strategi pemasaran dengan mekanisme pemesanan daring [online]. Berdalih kepraktisan, konsumen rumahan lebih memilih mekanisme ini.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. N [2019]. Strategi Pemasaran Produk Kopi Ready To Drink Industri Kecil Menengah Agroindustri Kopi Dompet Dhuafa Di Bogor. Institut Pertanian Bogor.

http://foodforkids.co.id/post/306/2015-01-31

https://www.baltimoremagazine.com

https://dairyprocessinghandbook.tetrapak.com/chapter/chemistry-milk

Kawai, M, S. Kodama & T. Takahashi [2020]. Support System for Etching Latte Art by Tracing Procedure Based on Projection Mapping. Graphics Interface Conference 2020. 28-29 May.

Mada, W,R [2020]. Bisnis Coffee Shop dan Kopi Kekinian, Bisa Bertahan Sampai Kapan? Inspirasi. 25 March 2020.

Sri Mulato & Edy Suharyanto [2017]. Kopi, Seduhan dan Kesehatan. Penerbit Dempo Laserindo, Surabaya. cctcid.com.

=====O=====

Leave a Reply

Your email address will not be published.

× WhatsApp