Blog

Get informed about our latest news and events

INTEGRASI PROSES PRODUKSI COKELAT DALAM KAWASAN KEBUN KAKAO RAKYAT

INTEGRASI PROSES PRODUKSI COKELAT DALAM KAWASAN KEBUN KAKAO RAKYAT

Sri Mulato [CCTC, cctcid.com]

PENDAHULUAN

Komoditas kopi dan kakao memegang peran penting dalam mendukung kegiatan ekonomi nasional, antara lain sebagai sumber devisa negara, penyediaan lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan hampir 6 juta keluarga petani di pedesaan. Secara global, Indonesia merupakan penghasil kopi dan kakao terbesar ketiga masing-masing setelah Vietnam dan Ghana. Produksi kopi dan kakao Indonesia saat ini mencapai 600 ribu dan 700 ribu ton. Lebih dari 90 % produksi kedua komoditas ini dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Peran perkebunan rakyat sebagai pilar produksi kopi dan kakao nasional diperkirakan makin dominan di masa datang, terutama setelah Departemen Pertanian menetapkan program peremajaan dan intensifikasi kebun kopi dan kakao rakyat secara masif di berbagai wilayah di Indonesia.

Namun di sisi lain, suatu tindakan antisipatif perlu dilakukan untuk menghadapi penurunan harga secara drastis yang sewaktu-waktu terjadi di pasar global karena lebih dari 70 % produksi biji kopi dan kakao diekspor dalam bentuk primer. Penurunan harga karena kelebihan pasokan biji kopi dan kakao di pasaran dunia akan berpengaruh negatif secara langsung pada pendapatan petani kopi dan kakao. Mereka, para petani, secara umum masih dan hanya mengandalkan pendapatan secara tunggal [single option] dari penjualan hasil panen dalam bentuk biji kopi dan kakao. Oleh karena itu, upaya peningkatan pendapatan petani kopi dan kakao perlu ditempuh melalui diversifikasi usaha untuk menghasilkan produk-produk yang bernilai tambah, seperti produk pangan [food], pupuk kompos [fertilizer], pakan ternak [feed], sabun [fine chemical] dan energi [fuel]. Kelima jenis produk tersebut dapat dihasilkan dari limbah yang secara alami tersedia di sekitar kebun kopi dan kakao dalam jumlah yang cukup besar. Sehingga, selain mendapat manfaat lingkungan, petani juga akan memperoleh manfaat ekonomi dalam bentuk pendapatan ganda [multiple incomes] dari hasil penjualan produk-produk tersebut dan tidak tergantung pada hasil penjualan biji kopi dan kakao saja. Sehingga, pada akhirnya keberlanjutan usaha kopi dan kakao dapat lebih terjamin.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengembangkan teknologi inovatif-tepat guna untuk petani kopi dan kakao berbasis Nilai Tambah Nir Limbah atau A-to-Z [Added value to Zero waste]. Teknologi tersebut telah dirangkai secara terintegrasi dan operasional dalam Kawasan Tekno-Agro Berbasis Komoditas Kopi dan Kakao. Kawasan ini dirancang untuk,

  1. menyajikan, memperagakan dan menginformasikan seluas-luasnya dan selengkap–lengkapnya kepada masyarakat pengguna mengenai perangkat teknologi terkini-siap pakai
  2. inisiasi, inspirasi dan induksi pengetahuan-teknologi [IPTEK] kepada pengguna [industri, petani dan pengambil keputusan] melalui mekanisme inkubasi, pendidikan proses produksi [magang] dan proses spin-off.
  3. media komunikasi hasil riset antara lembaga litbang dan universitas untuk menjamin proses inovasi secara berkelanjutan.
  4. wahana komersialisasi hasil IPTEK.

DESKRIPSI KAWASAN

Bagi pelaku usaha kopi dan kakao, lahan merupakan aset ekonomi yang vital dalam menyangga kehidupan sehari-hari. Aplikasi pola tanam sistem tumpangsari tanaman kopi/kakao dan ternak merupakan salah satu cara yang efektif untuk menjadikan lahan berperan sebagai “bank” [menghasilkan uang kas dan modal] dan “dapur” [memasok bahan makanan pelengkap seperti sayuran, buah, rempah, daging, bumbu]. Keunikan sistem ini bertumpu pada keaneka-ragaman struktur tanaman [bio diversity] dan unsur-unsurnya yang saling terkait serta tidak terkonsentrasi pada satu spesies tanaman saja. Tanaman kopi/kakao sebagai penghasil komoditas utama. Sedangkan, tanaman kelapa, lamtoro, lada sebagai tanaman penaung, yang sangat diperlukan dalam budidaya kebun kopi/kakao dan ternak merupakan komponen pelengkap. Keaneka-ragaman tanaman melindungi petani dari ancaman kegagalan panen kopi/kakao atau resiko kemerosotan harga kopi/kakao yang tidak bisa dikontrol. Proses tersebut tidak menimbulkan gangguan ekologi terhadap sistem kebun.

Sistem integrasi tanaman-ternak ini diterapkan dalam Kawasan Agro-Tekno sebagai sumber bahan baku, yang kemudian diolah menjadi berbagai jenis produk bernilai tambah [value added products] [Gambar 1]. Seluruh sumber daya [natural resurces] yang tersedia dalam kawasan ini dikelola secara tertutup [closed-loop]; keluaran [output] dari suatu proses merupakan masukan [input] untuk proses berikutnya.

Karakteristik kawasan ini adalah pemanfaatan Iptek, keterpaduan aplikasi teknologi, pendekatan bisnis [business approach], keberlanjutan [sustainability], edukasi dan partisipasi masyarakat pengguna teknologi. Untuk memenuhi fungsi tersebut, kawasan ini terdiri atas 5 sub-sistem [Gambar 2], yaitu,

  • sub-sistem produksi : meliputi aspek usaha tani terintegrasi tanaman kopi/kakao-ternak [integrated farming system], daur-ulang bahan organik, pengolahan lahan konservasi berbasis aneka tanaman, penggunaan input alami [NISA = Natural resources Input Sustainable Agriculture], pengendalian hama terpadu dalam sistem produksi berbasis bio-aktif.
  • sub-sistem pengolahan : meliputi aspek proses pengolahan produk primer [biji kopi dan kakao] dan produk sekunder [kopi bubuk, makanan cokelat dan turunannya] yang berkualitas dan higienis dan berdaya saing tinggi berbasis “green processing “ [sumber daya dan sumber energi terbarukan].
  • sub-sistem pengendalian pencemaran secara tertutup [closed-loop] untuk minimalisasi dampak pencemaran lingkungan hidup [tanah, air dan udara], mitigasi pemanasan global/perubahan iklim melalui pendekatan reduksi sumber limbah [reduce], penggunaan kembali [recycle], pemanfaatan [reuse] limbah kebun/pabrik kopi/kakao menjadi energi [fuel] dan kompos [fertilizer] berbasis A-to-Z [Added value to Zero waste].
  • sub-sistem pemasaran sebagai sarana komersialisasi produk-produk IPTEK.
  • sub-sistem edukasi yang menyajikan informasi teknologi, pelatihan dan magang.

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Sarana Pengolahan Kakao

Kebun kakao menggunakan pola tanam sistem tumpangsari-ternak dengan populasi seperti disajikan pada Tabel 1 berikut,

Kebun menghasilkan hasil panen yang terdiri atas buah kakao dan beberapa jenis limbah. Masing-masing hasil kemudian diproses lanjut dalam unit produksi secara terpisah menjadi produk utama [biji kakao] dan beberapa jenis produk samping [by-products]  dengan neraca massa seperti disajikan pada Tabel 2. Alat proses dirancang mampu mengolah hasil kebun kakao dengan pola tanam tumpangsari-ternak, seluas 50 hektar.

Pengolahan Produk Samping

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

× WhatsApp